Wednesday, March 15, 2017

SEKILAS TENTANG BUDIDAYA LELE BIOFLOK

BIOFLOK, BUDIDAYA IKAN TEBAR PADAT

Dalam budidaya ikan lele, hal yang paling besar pengaruhnya terhadap kesehatan dan pertumbuhannya adalah makanan. Makanan yang dimaksud bukan hanya berupa pellet yang kita berikan, akan tetapi segala hal yang dimakan oleh lele dalam media budidayanya. Pakan yang kita berikan pada lele, tidak seluruhnya dapat diserap oleh tubuh ikan, hanya sekitar 20-30%, sisanya keluar melalui insang (ekskresi) dan anus berupa kotoran (faeces). Seiring dengan perkembangan teknologi, ada berbagai cara yang ditemukan untuk mengolah kotoran dan sisa pakan agar bisa bermanfaat bagi ikan lele. Salah satu yang lagi booming adalah sistem Bioflok.

Istilah Bioflok atau Flok merupakan istilah bahasa “slank” dari bahasa baku “Activated Sludge” (Lumpur Aktif) yang diadopsi dari proses pengolahan biologis air limbah (Biological Wastewater Treatment). Bioflok adalah sebuah sistem budidaya dengan memanfaatkan bakteri pembentuk flok (Flocs Forming Bacteria) dalam pengolahan limbah.
Bioflok merupakan agregat diatom, makroalga, pellet sisa, eksoskeleton organisma mati, bakteri, protista dan invertebrata. Juga mengandung bakteri, fungi, protozoa dan lain-lain yang berdiameter 0,1-2 mm.

Flok yang terbentuk inilah yang dimanfaatkan sebagai pakan tambahan ikan yang mengandung nutrisi tinggi, yang mampu disandingkan dengan pakan alami, sehingga pertumbuhan sangat cepat dan dapat mengurangi pemberian pakan. Dapat disimpulkan bahwa teknologi bioflok adalah teknologi yang memanfaatkan hasil metabolisma ikan yang mengandung nitrogen untuk diubah menjadi protein yang dapat dimanfaatkan oleh ikan secara langsung, sehingga ikan yang dibudidayakan memperoleh protein tambahan dari pakan alami yaitu flok, di samping pakan pelet yang diberikan.

SISTEM
Sistem kerja dari bioflok adalah mengubah senyawa organik dan anorganik yang mengandung senyawa kabon (C), hidrogen (H), Oksigen (O), Nitrogen (N) dan sedikit unsur fosfor (P) menjadi gumpalan berupa flok dengan menggunakan bakteri pembentuk flok yang mensintesis biopolimer polihidroksi alkanoat sebagai ikatan bioflok.
Bakteri pembentuk flok dipilih dari bakteri yang memiliki karakteristik: (1) non patogen, (2) memiliki kemampuan mensintesis polihidroksi alkanoat (PHA), (3) memproduksi enzim ekstraselular, (4) memproduksi bakteriosin terhadap bakteri patogen, (5) mengeluarkan metabolit sekunder yang menekan pertumbuhan dan menetralkan toksin dari plankton merugikan dan (6) mudah dibiakkan di lapangan.

Kandungan Nutrisi Bioflok
Terbentuknya flok secara sederhana dijelaskan sebagai berikut: Mikroorganisma seperti bakteri dengan daya lisis bahan organik memanfaatkan detritus sebagai makanan. Sel-selnya mensekresi lendir metabolit, biopolimer (polisakarida, peptida dan lipid) atau senyawa kombinasi dan terakumulasi di sekitar dinding sel detritus. Ikatan didinding sel bakteri menyebabkan munculnya flok bakterial. Polimer ekstraseluler yang dibentuk bakteri berfungsi sebagai jembatan penghubung (panjang dapat mencapai 50 µm). Dua senyawa biopolimer dengan gugus karboksil (COOH) pada bakteri berbeda membentuk ester dengan ion divalen (Ca, Mg). Ikatan-ikatan ini meningkatkan massa kumpulan partikel menjadikan inti kumpulan bersifat hidrofobik (takut air) dan tepinya bersifat hidrofilik (suka air) sehingga terjadi dewaterisasi (lebih sedikit air di dalam partikel). Karena ukuran diameter yang membesar maka flok mudah mengendap. Di samping itu, kandungan bahan organik, oksigen dan pH juga berpengaruh terhadap terbentuknya flok. Pembentukan bioflok berkualitas memerlukan perbandingan C:N:P sekitar 100:5:1. Oksigen terlarut di seluruh badan air sebaiknya >4 ppm, jika terlalu rendah menyebabkan perkembangan bakteri filamen. Sedangkan pH yang rendah akan menghambat pembentukan bioflok karena mengurangi kandungan kation divalen dalam air untuk ikatan esterasi.

MANFAAT
Penerapan system bioflok apabila diaplikasikan dengan tepat adalah minimnya pergantian air dalam sistem budidaya sehingga teknologi ini ramah lingkungan. Pakan yang digunakan pun menjadi lebih sedikit ketimbang sistem konvensional lain. Manfaat dan keuntungan sistem bioflok antara lain:
1. Menghemat pakan pelet, FCR dapat mencapai 0,8-0,7
2. Pertumbuhan ikan lele lebih seragam dan rampag, artinya selama kegiatan budidaya tidak ada kegiatan penyortiran.
3. Pertumbuhan ikan lebih optimal dengan jangka waktu panen yang lebih cepat.
4. Padat tebar benih lebih tinggi, berkisar 500 - 2000 ekor per m³.
5. Ikan sehat dan gesit serta dapat mengurangi hama/penyakit ikan.
Selain manfaat tersebut, ada beberapa keuntungan lain dari sistem bioflok, seperti:
- Hemat lahan, karena padat tebar tinggi.
- Tampilan kolam lebih indah, terutama jika menggunakan kolam bundar.
- Manajemen pakan, air & tata letak lebih mudah, tidak serumit kolam tanah
- Waktu Pemberian pakan lebih efisien, karena sehari hanya dua kali.

SYARAT & KETENTUAN
Beberapa hal yang menjadi syarat dan ketentuan dalam budidaya lele
padat tebar tinggi dengan sistem bioflok antara lain:
1.   Bakteri pembentuk flok
Dapat ditemukan pada Probiotik yang mengandung bakteri pembentuk flok.
Bakteri yang mampu membentuk flok diantaranya:
- Zooglea ramigera
- Escherichia intermedia
- Paracolobacterium aerogenoids
- Bacillus subtilis
- Bacillus cereus
- Flavobacterium
- Pseudomonas alcaligenes
- Sphaerotillus natans
- Tetrad dan Tricoda
2.   Kadar oksigen yang tinggi
Dengan padat tebar yang tinggi, tentunya kebutuhan oksigen di kolam budidaya juga harus mencukupi, selain itu bakteri pembentuk flok juga bergantung erat pada oksigen untuk dapat bekerja. Penambahan aerasi pada kolam merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kadar oksigen dalam kolam. Dapat menggunakan pompa air dengan ketinggian 2,5 meter dengan kekuatan 43 watt, untuk kolam bundar dengan dengan ukuran diameter 4m. Atau bisa dicabang 4 jika berdiameter 1 m.
3.   Lumpur aktif
Seluruh dasar kolam dibuat selalu aktif bergerak, agar tidak ada endapan. Bisa disatukan dengan semburan/aerator atau pompa air. Jadi selain menambah oksigen, aerator atau pompa air digunakan juga untuk membuat lumpur aktif.
4.   Penambahan bahan starter yang mengandung karbon, sebagai pakan bakteri pembentuk flok. Bisa menggunakan molase, tepung tapioka, tepung terigu, bekatul atau gula.

INDIKATOR
Ciri-ciri air kolam yang sudah terbentuk flok antara lain :
1. Warna air kolam coklat kekuningan, warna cerah, semakin lama akan coklat kemerahan.
2. Air kolam tidak terlalu pekat, tidak berminyak, tidak encer dan tidak kental.
3. Air kolam tidak berbau amoniak
4. Jika diambil sampel airnya, kemudian didiamkan beberapa menit, terdapat endapan coklat kehijauan yang melayang-layang didalam air.
5. Perilaku ikan: aktif bergerak, nafsu makan tinggi, pada saat siang hari ikan berada di dasar kolam.

4 comments:

  1. Maaf pak apa buku bioflognya ada dipasaran?..

    ReplyDelete
  2. Sya sdh aplikasikan ciri" nya sma dgn yg d atas cma airnya masih aja bau pdhal sdh di ganti

    ReplyDelete